Disinfektan Makan Korban Pembuluh Darah Mata Pecah

Disinfektan Makan Korban di Wilayah Risma, Pria Surabaya ini Nyaris Buta, Pembuluh Darah Mata Pecah


Disinfektan Makan Korban Pembuluh Darah Mata Pecah


Disinfektan Makan Korban di Wilayah Risma, Pria Surabaya ini Nyaris Buta, Pembuluh Darah Mata Pecah

Kabar buruk, cairan disinfektan mulai makan korban di Wilayah Tri Rismaharini alias Risma, pria Surabaya nyarIs buta, alami pecah pembuluh darah Mata.

Kemenkes dan WHO sudah memperingatkan tentang bahaya cairan disinfektan apabila mengenai tubuh manusia.

Namun tak semua daerah mengindahkan imbauan WHO dan Kemenkes tentang penggunaan cairan disinfektan.

Termasuk Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang masih menggunakan cairan disinfektan untuk sterilisasi dari ancaman Virus Corona atau covid-19.

Selain penyemprotan disinfektan yang rajin di lakukan di ruang publik Surabaya, Tri Rismaharini juga menyediakan bilik disinfektan di sejumlah titik.

Sampai saat ini penggunaan cairan disinfektan masih tetap diterapkan di Surabaya oleh Risma.

Bahkan di jalan protokol Surabaya, ada alat otomatis penyemprot disinfektan ke jalan raya yang mengenai pengendara.

Namun setidaknya kasus yang dialami warga Surabaya ini bisa jadi pertimbangan Risma dalam menggunakan cairan disinfektan.

Pasalnya seorang pria Surabaya nyaris buta dan mengaku mengalami pecah pembuluh darah Mata, diduga akibat semprotan disinfektan di wilayah Risma.

Melansir TribunJatim, Nanang Suyono (50), karyawan perusahaan pewarna tekstil di Surabaya mengaku divonis oleh dokter spesialis mengalami pecah pembuluh darah Mata.

Akibatnya, ada gumpalan darah membeku di bagian Mata kirinya.

Jika dilihat, Mata nanang memang seperti Mata orang normal pada umumnya.

Namun siapa sangka, Mata kiri pria Surabaya ini nyaris buta.

Ia mengaku tak bisa melihat dengan normal, pandangan Mata sebelah kirinya buram.

Kronologi pria Surabaya ini nyaris buta terjadi saat ia terkena cairan disinfektan di wilayah Risma.

Bapak dua anak tersebut menjelaskan, saat itu pada (1/4/2020) dirinya berangkat kerja melewati Jalan Sememi Surabaya.

Di sana, ia tak sengaja terkena semprot cairan desinfektan yang biasa dilakukan oleh petugas Surabaya untuk mencegah penyebaran virus Corona atau covid-19.

"Kemudian, saya menepikan kendaraannya dan memeriksa bagian Mata kiri saya yang tiba-tiba mengalami perih," ungkapnya saat ditemui di rumahnya, Jalan Simo Jawar, Jumat Siang (10/4/2020) mengutip TribunJatim.

Nanang Suyono (50) menunjukkan hasil foto rontgen mata kirinya akibat terkena cairan disinfektan hingga menyebabkan pandangan matanya jadi buram, Jumat siang (10/4/2020). 

Kasus Virus Corona di Surabaya Nyaris 100, hingga Risma Perintahkan Bongkar Posko dan Tarik Petugas

Sekitar satu jam berlalu, pasca terkena semprotan desinfektan, Nanang mulai kehilangan ketajaman matanya.

Penglihatan Mata kirinya tiba-tiba kabur dan tak bisa melihat dengan jelas.

Bahkan, Nanang mengaku, beberapa menit Mata kirinya sempat gelap gulita. Namun kembali buram lagi.

"Sehari setelah kejadian, saya ke dokter umum yang akhirnya memberikan rujukan ke dokter spesialis Mata. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter spesialis mendiagnosis ada pembuluh darah Mata yang pecah lantaran ada penyakit darah tinggi yang saya derita," ungkapnya.

Nanang segera membantah. Sebab selama ini ia merasa tak pernah punya riwayat penyakit apapun.

Termasuk, darah tinggi hingga sakit Mata.

Nanang pun menduga kuat cairan desinfektan yang saat itu disemprotkan petugas linmas surabaya ke jalan raya, dan mengenai matanya menjadi penyebab dirinya kehilangan penglihatan di Mata kirinya.

Nanang berharap petugas yang menyemprotkan desinfektan sebaiknya memberikan pengumuman terlebih dahulu saat melakukan penyemprotan.

"Seperti menghimbau untuk menutup kaca helm atau menutup kedua Mata agar warga lainnya tak menjadi korban seperti saya," tuturnya.

Di Wilayah Risma Tetap Pakai Bilik Disinfektan, hingga Punya Fasilitas Baru di Ruang Publik Surabaya

Pemkot Surabaya bakal terus menggunakan bilik sterilisasi untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19. Hanya saja Pemkot bakal melakukan evaluasi terkait fasilitas yang banyak disebar ini.

Sebelumnya, Kemenkes telah mengeluarkan surat edaran terkait penggunaan Bilik Disinfeksi dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Surat itu ditujukan kepada seluruh Pemda di Indonesia.

"Karena itu imbauan jadi kami menghormati, tapi Pemerintah Kota sementara masih melaksanakan," kata Koordinator Protokol Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser, Senin (6/4/2020).

Hingga saat ini, produksi bilik itu masih terus dilakukan Pemkot Surabaya.

Areal Balai Kota yang menjadi tempat produksi pun masih dipenuhi oleh alat yang setiap hari diproduksi ini.

Menurut Fikser, sebelum memutuskan menggunakan bilik ini, telah dilakukan kajian dan berkonsultasi dengan pakar dan ahli di bidangnya.

Konsultasi itu termasuk berapa kadar cairan yang digunakan sehingga tetap aman.

Dia tak memungkiri, penggunaan bilik ini memang tidak dapat membunuh virus di dalam tubuh, melainkan melemahkan bahkan mematikan virus yang berada di luar tubuh seperti menempel di baju.

"Setiap biliknya itu selalu ada wastafel. Jadi itu pasangan. Dimana ada bilik pasti ada wastafelnya," ungkapnya menambahkan.

Selain itu, mantan Kabag Humas Pemkot ini mengatakan, bahwa pihaknya menetapkan prosedur yang harus dijalankan setiap kali seseorang memanfaatkan bilik ini.

Diantaranya, harus menundukkan kepala dan menutup Mata serta menahan nafas dalam beberapa detik.

"Itu yang ada imbauan-imbauan di bilik," terang Kadis Komunikasi dan Informatika Surabaya ini.

Walikota Risma klaim aman

Sebelumnya, Tri Rismaharini, menjawab tentang disinfektan yang dipakai untuk di chamber atau bilik desifektan yang disediakan Pemkot Surabaya.

"Kita sudah konsultasi dengan Departemen Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, guru besar Bu Ratna kepala departemennya, beliau menyampaikan cairan disinfektan kita aman," kata Risma disela menerima bantuan 700 liter sabun Nuvo dari PT Wings Surya, Selasa (31/3/2020).

Diakui Risma ada dua macam desifektan yang dipakai.

Pertama yang di chamber atau bilik yang aman untuk manusia dan kedua yang memang khusus untuk lingkungan, yang disemprotkan oleh petugas PMK.

Risma juga menegaskan yang dipakai untuk bilik tidak mengandung klor.

"Karena virus ini nempel lama di logam. Nah dengan masuk bilik, seperti ikat pinggang, kancing, bisa kena. Juga kacamata," kata Risma ditemui di depan balaikota.

Tentang jenisnya, Risma mengaku kurang paham dengan istilah kimia-kimianya.

"Tapi ada catatannya kok. Silakan nanti dicopy biar tidak salah," ujarnya.

Keberadaan bilik desifektan ini juga diakui Risma setelah dirinya membaca artikel bahwa Vietnam berhasil mencegah penyebaran covid-19 salah satunya dengan menggunakan bilik disinfektan ini.

Sementara itu terkait keinginannya menambah cuci tangan dengan cuci muka dan rambut, akan disediakan Risma di wastafel portabel yang sudah ada di berbagai titik.

"Jadi saya minta sabun. Wastafel portabel yang sebelumnya pakai hanya untuk tangan sekarang bisa untuk wajah, dan rambut," ungkapnya.

Kasus Virus Corona di Surabaya 13 Orang Sembuh, hingga Cara Risma Terapkan PSBB di Surabaya

Nantinya semua sabun tangan di wastafel portabel akan diganti dengan sabun yang bisa dipakai wajah dan diusapkan ke rambut hingga ke telingga.

Wali Kota Risma mengatakan, walaupun kulit agak kering setelah menggunakan sabun ini tapi yang terpenting bersih dan terbebas dari virus.

"Lebih baik mencegah dari pada mengobati, karena rumah sakit dan petugas medis kita sudah kuwalahan menangani pasien yang sakit," tambah Risma.

Post a Comment

0 Comments