4 Kisah unik di balik pidato kemenangan Jokowi di Kapal Pinisi

4 Kisah unik di balik pidato kemenangan Jokowi di Kapal Pinisi


4 Kisah unik di balik pidato kemenangan Jokowi di Kapal Pinisi


Komisi Pemilihan Umum menetapkan pasangan presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Keduanya memilih sebuah kapal pinisi untuk menggelar pidato kemenangan.

Jokowi-JK pun memilih Pelabuhan Sunda Kelapa yang sarat historis. Di pelabuhan rakyat ini, perdagangan antar pulau sudah terjalin ratusan tahun.

Di atas kapal pinisi bernama 'Hati Buana Setia', Jokowi membacakan pidato bersejarahnya. Jokowi mengaku ini simbol dari titik tolak perjuangan membangun Indonesia dari sisi maritim.

Di atas kapal Jokowi berpidato mengajak semua rakyat bersatu dan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Dia meminta semuanya melupakan persaingan selama pilpres dan kembali bersahabat.

"Kita kuat karena bersatu, kita bersatu karena kita kuat. Salam tiga jari, Persatuan Indonesia," kata Jokowi didampingi Jusuf Kalla di Dermaga 9 Pelabuhan Sunda Kelapa, Selasa (22/7).

Banyak cerita menarik di balik pidato kemenangan Jokowi tersebut. Berikut di antaranya:


Pemilik kapal tak dibayar

Jokowi-JK menggelar pidato kemenangan di atas Kapal Pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa. Sang pemilik kapal, Munawir Mapangile begitu bangga dan terharu.

Dia tak menyangka Kapal Motor (KM) Hati Buana Setia terpilih menjadi salah satu saksi perjalanan politik bersejarah di Indonesia.

"Nggak dibayar pun, sudah sangat menjadi kebanggaan bagi keluarga saya. Saya sangat terkejut sekali, kebanggaan dan merasa terhormat, presiden menggunakan kapal saya untuk menyampaikan pidato kemenangannya," ujar Munawir.

Nakhoda KM Hati Mulia Setia Gasaling Madali (54), menyampaikan hal serupa. "Nggak dibayar mas, kan tadi saya bilang dengan senang hati kapal ini dipakai oleh orang hebat seperti beliau saja saya sudah bangga dan merasa terhormat," serunya.


Kaget Jokowi mau pidato di kapal

Nakhoda KM Hati Mulia Setia, Gasaling Madali (54), kaget Jokowi mau berpidato di atas kapalnya. Dia mengaku sempat tak percaya.

"Saya sangat kaget. Rasanya seperti mimpi," ujar Gasaling ketika ditemui Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Rabu (23/7).

Menurut pria yang menjadi nakhoda Kapal sejak tahun 1977, tak habis pikir melihat aksi Jokowi. Selama jadi nakhoda baru sekali ada pejabat negara berlaku seperti ini.

"Kami orang kecil pada umumnya enggak pernah bermimpi orang hebat seperti mereka mau berada di kapal kami, apalagi berpidato kemenangan dirinya sebagai Presiden," kata dia.


Biasa angkut semen, kini presiden

Nakhoda kapal, Gasaling, mengaku, dirinya baru mengetahui KM Hati Buana Setia ingin dipakai Jokowi saat dirinya baru berlabuh di Sunda Kelapa. Baru saja dia berlayar ke Sumatera dengan menempuh waktu 3 hari.

KM Hati Buana Setia biasanya berlayar dengan mengangkut barang seperti sembako, pakaian dan semen.

"Baru kemarin siang (21/7), saya dikasih tahu dari pihak Syahbandar mereka memanggil saya sekitar pukul 10 pagi setelah saya baru tiba dari Sumatera Selatan," ungkapnya.

Menurut pemilik kapal KM Hati Mulia Setia, Munawir Mapangile, dipilihnya kapal tersebut karena saat itu kondisi kapal sedang penuh muatan. Sehingga dalam posisi rendah dan gampang untuk dinaiki.

Dia menuturkan kapal yang dibuat sejak tahun 2005 tersebut biasanya mengangkut semen, beras dan bahan pokok lainnya ke Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa.

Dalam setiap berlayar kapal tersebut mampu menampung muatan sebanyak 1.500 ton.


Kecintaan dan kesetiaan keluarga

Pemilik kapal KM Hati Mulia Setia, Munawir Mapangile, menceritakan asal-usul kapal miliknya. Kapal ini biasanya mengangkut 13 ABK.

"Kapal dibuat tahun 2005 oleh almarhum kakek saya dan mulai beroperasi tahun 2008," tuturnya

Mengenai arti nama KM Hari Buana Setia, Munawir mengungkapkan ada makna tersendiri nama kapal tersebut bagi dirinya dan keluarganya.

"Hati Buana Setia itu punya makna arti keluarga, di mana semua pekerjaan diawali dengan kata hati, begitupun saat membuat dan mengemudikan kapal harus diawali dengan kecintaan dan penuh rasa kesetiaan keluarga."

"Kapal tersebut milik keluarga besar saya, dan diberikan nama oleh kakek saya Abdulrahim Daeng Malandre," jelas Pria yang baru berusia 22 tahun tersebut.



Buka juga :

Post a Comment

0 Comments