Penjelasan tentang kesesatan manusia di mata Tuhan.
Allah menjadikan tubuh manusia dengan dua kejadian. Yaitu tubuh yang kasar dengan tubuh yang halus. Tubuh yang kasar dikatakan jasad manusia, sedangkan tubuh yang halus dikatakan ruh manusia. Jasad manusia dikatakan diri yang zahir, sedangkan ruh manusia dikatakan diri yang batin.
Sesuai dengan firman Allah SWT:
"Dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya zahir dan batin." (Lukman: 20)
Kalau diri yang zahir ini berbuat, maka dikatakan amal syariat. Sedangkan kalau diri yang batin ini berbuat, maka dikatakan amal hakikat.
Berhakikat tanpa bersyariat hukumnya batal tidak sah. Sedangkan bersyariat tanpa berhakikat ibarat tubuh tak bernyawa. Sementara kita, ada tubuh dan nyawanya.
Sekarang saya akan tunjukkan yang mana dikatakan amal syariat? Yaitu syariat Nabi atau syariat Rasul itu.
Yang dikatakan amal syariat ialah qauli dan fiklinya (ucapan dan perbuatannya). Amal syariat itu dapat didengar dan dapat dilihat. Apa yang diucapkan dapat didengar dan apa yg dikerjakan dapat dilihat.
jadi kalau kita baru pandai membaca dan berbuat ketika sembahyang, maka itulah yang dikatakan amal syariat (amal zahir atau amal luar namanya)
Yang mana dikatakan amal hakikat itu? Yaitu qolbi (hatinya)
Instruksi Allah dan Rasulnya, setiap kita beramalia alatnya tiga macam. Yaitu qolbi, qauli dan fikli (hati, ucapan dan perbuatan)
Adapun rukun sholat tiga belas perkara yang wajib. Rukun tiga belas takluk sama rukun qolbi, qauli dan fikli.
Rukun qauli takluk pada sifat sama'. Apa yang diucapkan Nabi dalam sembahyang dapat didengar, ada hadisnya.
Rukun fikli takluk sama sifat basar. Apa yang dikerjakan Nabi dalam sembahyang dapat dilihat, ada hadisnya.
Rukun qolbi takluk sama ilmu. Apa isi hati Nabi, tidak akan tahu kalau tidak punya ilmunya.
jadi amalan qauli, yaitu amalan yang berkaitan dengan lidah. Contohnya: subhanallah, alhamdulillah, membaca ayat, bersholawat, mengucapkan kata-kata yang baik dan lain-lain.
Amalan fikli, yaitu amalan berkaitan dengan tubuh manusia. Contohnya: berdiri, ruku', tawaf, sa'i, dan sebagainya.
Kemudian amalan qolbi. Yaitu amalan yang berkaitan dengan hati manusia. Inilah amalan yang tidak dipelajari oleh islam masa kini. Dimana - mana pelajaran yang diajarkan hanya cara membaca dan cara berbuat.
Dalam sholat pun begitu. Yang diajarkan cara berbuat dan cara membaca. Pada akhirnya, tubuhnya sujud dan lidahnya membaca, hatinya kemana - mana.
Ingat yang dilihat Allah adalah hati kita.
"Sesungguhnya Allah tidak melihat pada tubuh dan rupa mu, tetapi Ia akan melihat pada hatimu." (HR. Muslim)
Ilmu qauli (ucapan) kita pelajari untuk apa? Supaya kita pandai memuji Allah.
Ilmu fikli (perbuatan) kita pelajari, supaya tahu tata cara menyembah Allah. Sedangkan ilmu qolbi (hati), kita pelajari untuk mengenal yang kita puji dan yang kita sembah.
Kalau pelajaran kita hanya sebatas ucapan dan perbuatan, ingat Allah tidak bisa dikenal dengan ucapan dan perbuatan. Allah tidak bisa pula dilihat dengan mata kepala.
"Dia tidak bisa dicapai oleh penglihatan mata..." (al an'aam: 103)
Allah tidak bisa didengar dengan telinga, Allah tidak bisa dirasa dengan lidah dan Allah juga tidak bisa diraba-raba dengan tangan. Lalu dengan apa?
"Ilmu itu ada dua macam, ilmu batin dalam hati itu yang sangat bermanfaat." (Al Hadis)
Apa manfaatnya?
"Hatinya tidak mendustakan apa yang Telah dilihatnya." (AN Najm: 11)
Saya umpamakan begini: coba kita jalan ditempat yang gelap, waktu kita jalan lewatlah seekor ular. Kira-kira bisa lihat tidak? Tidak, ya kan. Kenapa tidak? Karena gelap.
Begitulah batas kemampuan mata kepala kita.
"...Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati di dalam dada." (Al Hajj: 46)
Lalu, kita jalan dikesempatan yang lain di tempat yang gelap itu, kita bawakan senter. Saat kita jalan lewat ular, kemudian kita senter (gress). Nampak tidak? "Nampak". Kenapa bisa nampak? Karena ada cahaya. Yang menamakan mata kepala atau cahaya? "Cahaya", lalu kenapa hati kita tidak mengenal Allah? Karena hati kita tidak bercahaya.
"Hati orang yang beriman itu bersih, di dalamnya ada pelita yang bercahaya". (HR Ahmad dan Thabrani)
Akibat umat Islam saat ini tidak mempelajari soal hati, maka instruksi Allah SWT:
"Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?". (Adz Dzariyat : 21)
Di dalam hidup kehidupan ini, hati membawa peranan penting. Disebabkan hati kita bisa menegakkan persatuan dan kesatuan. Disebabkan hati orang bisa bercerai berai, disebabkan hati kita bisa memfitnah, munafik, menyala-nyalakan orang padahal kita sesat.
Disebabkan hati, orang bisa berahlak karimah (ahlak mulia), bersopan santun, serta berbudi yang luhur.
Disebabkan hati, orang bisa masuk neraka Jahanam. Dan karena hati, orang bisa masuk Jannatun Naim.
Begitu besar peranannya hati, maka ada apa sebenarnya dalam hati?
"Dalam hati mereka ada penyakit". (Al Baqarah : 10)
Penyakit apa? "Banyak". 6666 ayat Qur' an Nul Karim. 6666 ribu urat di tubuh manusia yang telah diproses oleh ilmu kedokteran. 6666 penyakit di dalam tubuh manusia.
Yang paling berbahaya adalah hawa nafsu, setan, tamak, rakus, bahil, ujub, riya, takabur, hasad, munafik, berfikir berlebihan, penghayal, jahil, lengah, lalai, bodoh dan lain-lain.
Kita biarkan penyakit tersebut, maka sambungan ayat:
"Lalu ditambah Allah penyakitnya". (Al Baqarah : 10)
Kita biarkan terus menerus. Kita tidak mau cari obatnya, maka kita biarkan ujung ayat:
"Bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta". (Al Baqarah : 10)
Lain di mulut lain di hati. Sebagaimana bab pantun menyatakan:
Asap api gulung gemulung.
Bakar sampah buang saratnya.
Ibarat gunting makan di ujung.
Mulut manis apalah gunanya.
"Allah akbar" kata lidah, tapi jengkol yang dia ingat.
Lalu bagaimana membersihkan hati?
(Segala sesuatu itu ada obatnya". (Al Hadits)
Alat membersihkan tubuh, pakai air. Menurut ilmu fiqih tandanya bersih, hilang bau, hilang warna dan hilang rasa.
Lantas sekarang jadi pertanyaan "alat untuk membersihkan hati pakai apa"? Kalau ustad bilang "Banyak - banyak baca istighfar (astagfirullah hal adzim). Baik, "istighfar" itu letaknya di mana? Di lidah, sedangkan hati di dalam.
Terima diakal dibaca di luar, dalam bisa bersih? Agama harus bisa diterima dengan akal. Kalau agama diakal-akal bukan agama namanya. Janganlah agama diakal-akal. Jadi alat membersihkan hati "ingat Allah"!!!
Sebagaimana sabda Nabi Saw:
"Alat membersihkan hati adalah dzikirullah (ingat Allah)". (Al Hadits)
Apa hukum bagi mereka yang tidak membersihkan hatinya?
"Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Asy Syams : 10)
Sampai mana merugi nya?
"Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (Al Israa : 72)
Apa hukumnya bagi mereka yang tidak bisa mengingat Allah?
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membantu hatinya dari (tidak) mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (Az Zumar : 22)
Sampai mana sesat nya?
"Mereka itu sebagai (seperti) binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai." (Al A'raaf : 179)
Apa hukumnya bagi mereka yang tidak menegakkan sholat?
"Barang siapa meninggalkan sholat dengan sengaja kafir yang nyata." (Al Hadits)
Yah, masih enak didengar. Artinya kafir ingkar agak berdosa, tetapi kalau Allah yang bicara:
"Dan janganlah kamu sekali kali menyembahyang kan seorang yang mati di antara mereka, dan jangan lah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul - Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik." (At Taubah : 84)
Jangan coba-coba orang yang tidak pernah sembahyang, kita sembahyang kan. Dalam hukum Al Qur ' an dan Al Hadis, tidak ada hukum hukum toleransi, mengingat dan menimbang memutuskan saudara (tidak ada). Kalau Anda turut menyembahyang kan orang yang tidak pernah sembahyang. Maka:
"Barang siapa membantu (seorang) salam melakukan perbuatan maksiat meskipun dengan sepenggal kata, maka dia adalah sekutu bagi orang itu dalam maksiat tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)
Bagaimana orang dikatakan bersih hati itu? Yaitu hati yang mengenal Allah.
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (hati). Dan dia mengingat Tuhannya, lalu dia sembahyang." (Al A'la : 14 - 15)
Dapat kenal, maka wajar dapat mengingatnya. Dapat ingat, maka boleh sembahyang.
Kenapa sekarang, hati kita tidak dapat mengenal Allah, apa penyebabnya?
"...sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari pada akhirat." (An Nahl : 107)
Cuman masyaallah, soal mengingat ini yang kadang kadang salah pengertian. Kata mereka "sembahyang itu ingat". Sembahyang itu bukan ingat, melainkan perintah kerja untuk mengingat yang memerintah.
Yang kita ingat sekarang, kan waktu sembahyangnya, sedangkan Allahnya kemana? Ada juga sebagian mereka yang mengatakan "SUBHANALLAH ALHAMDULILLAH" itu ingat. Kalau itu bukan ingat namanya, melainkan memuji Allah.
Kalau memang benar sembahyang, subhanallah dan alhamdulillah itu dikatakan ingat, maka coba tolong praktekkan ayat Al Qur ' an ini!!!
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholatmu, maka ingatlah Allah diwaktu berdiri diwaktu duduk dan diwaktu berbaring." (An Nisa : 103)
Jadi dalam situasi bagaimana pun kita wajib ingat Allah. Kalau sembahyang itu ingat, coba sambil jalan Anda praktekkan sembahyang! Bisa tidak? Kan tidak bisa, berarti sembahyang bukan dikatakan ingat dalam ayat tersebut.
Kalau Subhanallah dan Alhamdulillah juga dikatakan ingat, coba Anda praktekkan saat Anda buang air besar dalam WC? Maka haram hukumnya.
Allah ada menjelaskan dalam Al Qur'an tentang cara mengingat ini:
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai." (Al A'raaf : 205)
Untuk dapat melaksanakan perintah Allah tersebut, maka kita diharuskan belajar. Kita belajar ini ada tingkatannya, yaitu bersyariat, bertarekat, berhakikat dan bermakrifat.
Ilmu SYARIAT kita pelajari yang berhubungan dengan ucapan dan perbuatan. Kemana saja kita pelajari ilmu syariat, hanya diajar ucapan dan perbuatan. Batas kita pelajari sampai yang nampak, yang tidak nampak tidak bisa dipelajari lagi dengan ilmu syariat, sekeci-kecilnya sampai titik, masih bisa kita tunjukkan, namun di dalam titik tidak bisa lagi tunjukkan.
30 jus Qur'an terhimpun dari 114 surat, 114 surat terhimpun lagi menjadi 6666 ayat. 6666 ayat terhimpun pada ummul Qur'an (fatihah), fatihah terhimpun lagi kepada Bismillah, Bismillah tunduk kepada Ba, Ba tunduk pada titiknya.
Sampai titik bisa kita tunjukkan, dalam titik tidak bisa lagi dipelajari dengan ilmu syariat. Jadi, kalau tingkat syariat pelajaran kita, maka jangan salahsalahkan orang bertarikat!
Ilmu THORIKAT bukan pelajaran syariat lagi. Thorikat adalah jalan. Jangan beranggapan thorekat itu gila. Gila bahasa Arabnya adalah majnun. Thorikat bahasa indonesia dan bahasa Arabnya artinya jalan. Jadi thorekat itu adalah jalan untuk mengetahui hati. Kenapa harus mengetahui hati?
"Sesungguhnya tidak sah amal ibadah tanpa niat." (HR Bukhari Muslim)
Niat itu bukan di kepala dan bukan pula di mulut, melainkan di dalam hati. Kalau begitu dimana letak hati?
"Di dalam dada." (Al Hajj : 46)
Dada sebelah mana? Atas, bawah, tengah, kiri atau kanan. Kalau tidak tahu letak hati bagaimana mau meletakkan niat, apalagi tentang rahasia niat.
Orang kira Insyaallah tahun depan mau naik haji, itu bukan niat, melainkan rencana atau tujuan.
Jadi ilmu Thorikat yaitu jalan untuk mengetahui hati. Kalau sudah tahu tentang hati, baru diselidiki dalam hati itu sebenarnya ada apa? Setelah dilihat dalam hatinya ternyata ada penyakit.
"Dalam hati mereka ada penyakit." (Al Baqarah : 10)
Kalau ada penyakit berarti ini harus diobati. Apa alat untuk mengobatinya?
"Alat membersihkan hati ingat Allah." (HR Bukhari)
Jadi batas mempelajari ilmu thorekat sampai membersihkan hati.
Nah, baru tingkat itu. Sekarang kita sudah pelajari syariat dan thorekat, maka jangan salahkan orang mempelajari Hakekat.
HAKEKAT bukan pelajaran tentang syariat dan bukan pelajaran tentang hati lagi. Pelajaran apa Hakekat itu?
"Ilmu itu ada dua macam, ilmu batin dalam hati itu yang sangat bermanfaat." (Al Hadits)
Jadi ilmu hakikat berhubungan dengan ilmu goib. Karena Allah itu goib dan batas kita pelajari sampai rasa. "LAM YALID WALAM YADRI, artinya: barangsiapa tidak merasa, tidak tahu."
Sampai disini mereka sudah pelajari syariat, thorekat dan hakikat. Maka jangan salahkan mereka pelajari ma'rifat.
MA'RIFAT bukan pelajaran syariat, bukan pelajaran thorekat dan bukan pelajaran hakekat lagi. Tetapi, Ma'rifat hubungan antara Hamba dan Allah. Aku memandang Allah dengan Allah dan aku mengenal Allah dengan Allah.
Jadi batas kita pelajari nya?
"MAN ARAFHA FADZAL JASAD, artinya barang siapa melihat Tuhannya, maka karamlah dirinya."
Nah, kalau kita baru bisa membaca dan berbuat dalam sembahyang, maka jangan salah salahkan oranglah!
Tingkat beramal pun ada empat macam, yaitu amalan syariat, amalan thorekat, amalan hakekat dan amalan ma'rifat.
TINGKAT SYARIAT umpamanya mereka bertasbih "subhanallah", siapa yang dipujinya? Yaitu Allah.
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: siapa yang menciptakan langit dan bumi? Tentu mereka akan menjawab "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah". Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Lukman : 25)
Pandai mengucapkan tapi tidak tahu. Serupa burung Beo.
"Mereka seperti binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi." (Al A'raaf : 179)
TINGKAT THORIKAT umpama mereka bertasbih "SUBHANALLAH", siapa yang dipujinya? Yaitu yang diingatnya. Sesuai dengan Firman Allah SWT:
"Ingat Tuhanmu." (Al A'raaf : 205)
Di mana ingat?
"Dalam diri kamu." (Al A'raaf : 205)
TINGKAT HAKEKAT umpama mereka bertasbih "SUBHANALLAH", siapa yang dipujinya? Yaitu yang diraskannya.
"LAM YALID WALAM YADRI" artinya barang siapa tidak merasa tidak tahu. Bagaimana kita beserta Allah?
"Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." (Al Hadid : 4)
Coba sertakan diri Anda sama api! Bagaimana rasanya? Panas. Coba sertakan diri Anda sama es! Bagimana rasanya? Dingin. Nah, sekarang coba sertakan diri Anda sama Allah! Bagaimana rasanya? "Tidak tahu", katanya. Bagaimana mau tahu kalau tidak mau belajar. Itulah tingkat hakikat dirasa.
Kalau Anda belajar agama kepada ustadz, coba tolong tanyakan tentang sholat, jangan ragu-ragu! Kalau ustadz nya tidak tahu, maka berhenti jadi Ustad.
Pak Ustadz, saya bingung kalau kita sholat, sembah siapa ustadz? Tentu ustadz menjawab "sembah Allah". Kalau sembah Allah saya bingung ustadz, Allahnya dimana ustadz? Apa Allah di atas, di bawah, di muka atau di belakang ustadz?
Kalau kita sholat harus hadapkan muka, muka yang mana ustadz? Kita sholat seakan-akan melihat Allah (ihzan) ustadz? Bingung ustadz. Suruh ustadz bersyahadat! Tentu Ustadz mengertikan "menyaksikan", kalau begitu bagaimana cara menyaksikan Allah ustadz?
Jangan pembohong kita, pandai mengucap tapi tidak tahu. Tanya itu! Biar sadar Ustadz - ustadz.
Sebagaimana Firman Allah SWT:
"Mereka tidak mengenal Allah sebenar-benarnya." ( Al Hajj : 74 )
Ini sekarang yang ditakuti Rasulullah. 120 hari lagi sebelum meninggal dunia, Beliau kumpulkan sahabat- sahabatnya, maka hadir sahabat saat itu 60 sahabat.
Berkata Rasulullah, "wahai saudara-saudaraku sekalian akan terjadi di zaman yg akan datang, Islam itu tinggal sebutannya saja, agama tinggal bentuknya saja, Al Qur'an hanya dibaca saja, mereka memang meramaikan Masjid, tapi Masjid itu sendiri sunyi dari dzikir menyebut nama Allah dan orang-orang yang paling busuk di zaman itu ialah para ulama."
Jadi ulama yang ditakuti Rasulullah. Islam tidak bisa dihancurkan oleh siapa pun juga, tetapi Islam itu sendiri yang menghancurkannya, yaitu para ulama.
Kembali bertanya para sahabat, "ulama yang bagaimana Engkau takuti?" Rasulullah menjawab, "karena ulah mereka timbul banyak fitnah (dari kebodohannya)".
Berapa banyak umat yang sembahyang, tetapi mereka tidak tahu Allah berada di mana. Mau saya tunjukkan Allah itu berada di mana? Mau ya kan.
Anda mungkin sering dengar kalau ustadz - ustadz bicara di TV, "saudara para pemirsa, minta dan bersujudlah kepada yang di atas". Berarti yang dimaksudkan dengan yang di atas adalah Allah. Ada dasarnya yaitu tujuh ayat Qur'an yang salah satunya bunyinya serupa:
"Sesungguhnya Tuhan kami ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di 'Arsy." (Al A'raaf : 54)
Cukup jelas bahwa Allah berada di atas, apa buktinya? Di mi'ratkan Nabi sampai di Arsy, jumpa dengan Allah baru ada perintah sholat. Menurut Al Qur'an, Allah berada di atas. Mempercayai Qur'an adalah rukun Iman dan bagi yang tidak percaya hukumnya kafir.
Jadi Anda percaya tidak bahwa Allah berada di atas? "Percaya", orang yang percaya bahwa Allah berada di atas adalah orang-orang munafik. Kenapa munafik? Karena tidak cocok yang diucapkan dengan perbuatan.
Coba kalau Allah di atas, kita ucapkan "aku hadapkan mukaku kepada Allah". Dalam sembahyang berarti mesti hadapkan muka kepada Allah, sedangkan Allah berada di atas. Yang jadi pertanyaan kepada kita, kenapa waktu sembahyang tidak tengadah ke atas? Coba lain diucapkan lain yang dikerjakan.
Kalau Allah berada di atas berarti Allah kala sama udara, udara di mana mana ada. Kalau Allah berada di atas, berarti yang pertama kali mengenal Allah adalah orang Amerika dan orang Rusia, yaitu naik Apolo. Kita mau naik apa? Orang desa paling tinggi naik pohon kelapa.
Kalau Allah berada di atas berarti bertentangan dengan beberapa ayat berikut :
"Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." (Al Hadit : 4)
Di mana berada Allah?
"Dan apabila Hamba - hamba Ku bertanya kepada mu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat." (Al Baqarah : 186)
Di mana dekatnya?
"Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaaf : 16)
Di mana hampirnya?
"Dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan." (Adz Dzariyat : 21)
Diri yang mana? Sebab diri ini ada dua:
"Dia menyempurnakan nikmat-Nya lahir dan batin." (Luqman : 20)
Kenapa disuruh lihat kedalaman diri?
"Barang siapa yang mengenal dirinya, maka niscaya kenal dirinya." (Hadits Qudsi)
Barang siapa yang tidak kenal Tuhannya pasti salah sembahnya dan orang-orang yang salah sembahnya (sirik) Neraka tempatnya.
Dari itulah, maka tingkatkan lagi pelajaran kita dan bukan cuman pandai membaca begitu saja.
Kalau kita hanya belajar ucapan dan perbuatan saja, maka coba lihat nanti orang-orang pada saat sakaratmaut! Tidak berlaku lagi syariat Islam.
"Tiap - tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati." (Ali Imran : 185)
Ingat kita diberi pinjaman sama Allah, ada tujuh macam pinjaman yang dikatakan sifat ma'ni bagi Allah ada tujuh sifat, yaitu:
1. HAYAT (hidup), kita ini hidup yang dihidupkan bukan hidup sendiri. Tidak akan hidup tubuh tanpa nyawa dan tidak akan hidup nyawa tanpa Allah.
2. ILMU, kita berilmu karena diberikan ilmu.
3. IRADAT (pengenalan), kita dapat mengenal karena diperkenalkan.
4. QODRAT (kekuatan), kita punya kekuatan karena diberikan kekuatan.
5. SAMA' (pendengaran), kita dapat mendengar karena diperdengarkan.
6. BASAR (penglihatan), kita dapat melihat karena diperlihatkan.
7. KALAU (berkata-kata), kita dapat berkata karena dikata-katakan.
Kesemuanya itu kepunyaan Allah dipinjami ke kita. Setiap barang pinjaman pasti kembali kepada pemiliknya.
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada -Nya lah kami kembali."
Kapan kembali? Pada saat sakaratmaut. Dikatakan sakaratmaut itu adalah dibilang hidup tapi tidak bisa berbuat apa-apa dan dibilang mati tapi nafas masih ada.
Pada detik-detik terakhir diangkat oleh Allah sifat ma'ni yang tujuh tadi, yaitu iradat, sama', qodrat, basar dan kalam. Tinggal dua lagi sifat yang ada, yaitu ilmu dan hayat. Itu pun kalau berilmu.
Kemudian datanglah Rasulullah saw. berkata:
"Ajarkan olehmu kepada orang yang akan mati, "tiada Tuhan selain Allah". (Al Hadits)
Bisikan di telinganya "Laa Ilaaha Ilallah"!! Telinga sudah tuli. Suruh baca Qur'an, lidah sudah kelu. Tunjukkan Al Qur'an di matanya, mata sudah buta.
coba ilmu apa? "Talqin LAA ILAAHA ILALLAH kepada orang mati!", bukan untuk orang mati. Jadi belajar mengenal Allah bukan untuk orang mau mati, tetapi kita ini yang akan mati. Coba pada saat seperti itu ilmu apa yang mau dipakai?
Sesuai dengan pantun:
Pohon Jelatang di tepi laut.
Gugur bunganya dimakan ikan.
Kalaulah datang si Malaikat Maut.
Ilmu apa mau digunakan?
Balasan pantun tersebut:
Orang nelayan pergi ke laut.
Pukat di bawa penangkap ikan.
Kalaulah datang si Malaikat Maut.
Ilmu hakekat itu digunakan.
Sebagaimana Firman Allah SWT:
"(Yaitu) di hari harta dan anak anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy Syuu'ara : 88-89)
Apalagi kalau anda berangkat Haji tidak punya ilmu. Di sana dikatakan "BAITULLAH", yaitu rumah Allah. Dulu waktu Rasulullah di Madinah oleh kaum Qurais di masukkan patung Latta dan Uzza ke dalamnya. Kemudian direbut kembali kota Mekah, maka dikeluarkan kembali patung-patung tersebut.
Kenapa dikatakan Baitullah? Sedangkan di dalamnya kosong saja, tidak ada apa-apa. Coba kalau itu dikatakan Baitullah (rumah Allah) berfikir lah kita, yang membangun Kabah itu siapa? Manusia kan, masa rumah Allah manusia yang bikin, kecil dan sempit sekali.
Jadi, kenapa dikatakan Baitullah? Berdiri Nabi Adam as. Selama 40 tahun di situ bertaubat, waktu itu belum ada perintah sembahyang sambil berdoa:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al A'raaf : 23)
Jadi Baitullah, bukan rumah Allah, tetapi tempat mengingat Allah. Maka kalau tidak ingat?
"Sesungguhnya orang-orang musyrik hatinya itu najis, maka diharamkan mendekatinya." (At Taubah : 28)
Maka ada Hadits yang berbunyi:
"Nanti di akhir zaman, Kabah itu banyak yang tawaf binatang - binatang." (Al Hadits)
Kita bingung kalau belum ada ilmunya dari mana binatang bisa masuk sedangkan pintunya dijaga dengan ketat. Ternyata setelah tahu ilmunya, baru kita sadari bahwa:
"Mereka itu sebagai bintang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang yang lalai (tidak ingat Allah)." (Al A'raaf : 179)
Coba di Arafah! Kata Muasata (ketua koloter), wukuf di Arafah apa yang kita kerjakan? "Banyak - banyak baca Qur'an". Coba nanti tanya ustadz! Surat dan Hadits apa perintah Allah, wukuf di Arafah membaca Qur'an? Malah yang ada perintah Allah:
(...Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram (Muzdalifah)." (Al Baqarah : 198)
Kalau kita disuruh baca Qur'an, maka macam-macam yang kita ingat nanti. Dibaca TABBAT teringat ABU LAHAB.
Arti wukuf itu apa? Berhenti. Apa yang diberhentikan? Hentikan ingatan, pandang dan pendengaran. Itulah arti wukuf, ingat kepada Allah.
Apapun amalan Adam kalau tidak ingat, maka tidak diterima. Tidak bisa melepaskan azab Allah kecuali ingat kepada Allah.
Coba tanya ustadz! Ayat dan Hadits apa orang yang tidak kenal Allah atau tidak ingat Allah naik haji kasih pahlawan masuk Surga? Kasihan saya, kita sholat dan kita wukuf, apa yang kita ingat? Menghayal kita. Tauhid diajar, cuman cerita, di lidah tauhid kita.
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Al Ihklas : 1-4)
Orang-orang kafir bisa kalau sekedar di lidah. Tauhid bahasa Indonesia artinya konsentrasi. Mentauhidkan artinya mengkonsentrasikan. Arti tauhid mengesakan Allah. Arti Esa jangan duakan Allah (satukan). Apa yang disatukan? Perintah Allah. Kemana disatukan? Kepada Allah. Di mana tempat menyatukan? Di qolbi (hati)
"Qolbi mukmin adalah Baitullah (rumah Allah." (Al Hadits)
Bagaimana cara menyatukannya? Coba matikan dirimu sebelum engkau mati. Apa yang dimatikan? Coba matikan ingatan, pandang dan pendengaran. Kalau dimatikan ingatan apa yang mau diingat, dimatikan pandangan apa yang mau dipandang dan dimatikan pendengaran apa yang mau didengar. Itulah yang dikatakan tauhid.
Begitulah kemunduran Islam saat ini, dimana - mana tinggal ucapan dan perbuatan, tetapi hakikat Islam tidak ada lagi.
Cukup kiranya sampai disini, semoga kita semua diridhoi Allah....Amin.
Carilah dunia di dalam dunia!
Di dalam dunia ini ada akhirat.
Carilah Akhirat di dalam dunia!
Di dalam akhirat dunia tidak ada lagi.
Semoga bermanfaat
Buka juga :
Buka juga :
0 Comments