Acara Ta’aruf Kongres Umat Islam Indonesia VI yang digelar di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta pada Ahad malam, mendadak heboh ketika Sultan Palembang, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dalam testimoni singkatnya membantah pernyataan Menteri Agama.
Sebelumnya, di hadapan ratusan peserta kongres dan awak media, Menteri Agama RI dalam sambutannya mengutip hasil riset Mark yang menyimpulkan bahwa, Islam dan Jawa merupakan antinomy dan kompatibel. Jika ada pertentangan yang terjadi antar keduanya merupakan sesuatu yang bersifat keterbukaan dan wajar dalam pertentangan sejarah Islam.
“Dengan demikian, Islam Jawa dibaca sebagai sebuah varian dan wajah umat Islam yang berhak hadir sebagaimana juga Islam Persia, Islam India, Islam Melayu dan lainya,” ujar MenAg.
Tapi, pernyataan tersebut secara tegas dibantah oleh Sultan Palembang, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin. Ketua Umum Yayasan Raja Sultan Nusantara (YARASUTRA) ini menyatakan bahwa dahulu sebelum ada Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pimpinan-pimpinan kerajaannya adalah sultan yang Islam.
“Jadi, kalau Bapak Menteri ngomong ada Islam versi ini, versi itu saya tidak sepakat. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, dan Islam adalah satu,” tegasnya.
Sultan Iskandar juga menanggapi pernyataan Wakil Ketua MUI Ma’ruf Amin, yang sebelumnya mengatakan Indonesia saat ini tengah terjadi darurat pornografi, mengalami darurat narkoba, korupsi dan lainnya.
Menurut Sultan, situasi tersebut terjadi karena produk hukum di Indonesia merupakan produk kafir buatan kolonial Belanda.
“Produk hukum yang saat ini ada, kenapa Indonesia ini darurat, adalah produk kafir, produk daripada colonial Belanda yang ditranslate ke dalam Bahasa Indonesia”.
Di akhir sesi acara, pernyataan tegas Sultan Iskandar terlihat menuai sambutan dukungan yang luar biasa dari beberapa hadirin yang menyambanginya.
Di waktu berbeda Sultan Palembang juga mengajak agar memerangi penyebaran Syiah yang merusak tatanan agama Islam dan memecah belah ajaran Islam.
Saya mau tahu siapa orangnya yang berani bilang Sultan itu Radikal...
0 Comments