Berbagai Kisah Unik Pendaratan Warga Sembalun

Berbagai Kisah Unik Pendaratan Warga Sembalun 


Berbagai Kisah Unik Pendaratan Warga Sembalun 


Sebagai "surga" olahraga terbang, Sembalun menjadi salah satu sasaran para atlet paralayang dari berbagai negara. Malaysia dan Australia adalah dua negara dominan yang sering terbang di sini. Angin yang sulit membuat terbang di Sembalun jadi rumit. Namun jangan salah, warga Sembalun juga punya taring dalam hal terbang. Meski satu parasut harus dipakai 20 orang bergantian, tekad mereka kuat untuk berlatih. Alhasil karena seringnya belajar autodidak, ada-ada saja pengalaman mendarat yang mereka alami. Henry Wahyu Susanto misalnya, pernah mendarat di atap rumah orang bersama tiga orang temannya. Saat itu Henry terbang bersama tiga orang dari Bukit Pergasingan. Angin mengarahkan parasutnya ke kota. Tak bisa mengendalikan parasut, Henry pasrah dibawa angin. Saat ketinggian mulai turun, Henry terpaksa harus menghantam tembok rumah warga saat mendarat. Satu teman lainnya mendarat di atap dan jatuh hingga masuk ke ruang tamu. Teman ketiga Henry yang paling nahas, ia menjebol atap dapur dan jatuh di sana. Namun parasutnya masih mengembang sehingga ia kembali terangkat dan merusak bagian atap lain. "Itu kasihan, sudah mendarat, naik lagi tertarik parasut dia," kisah Henry, Selasa (10/11/2015) mengundang tawa. Henry dan ketiga temannya harus mengganti dan memperbaiki rumah tersebut. Alih-alih marah, warga Sembalun justru mendukung Henry dan kawan-kawan untuk terus terbang. "Kalau ada warga sini yang terbang, itu ditonton ramai-ramai pasti," ujar seorang warga, Armasih. Pernah sekali waktu ada Penerbang Paramotor Profesional Didit Majalolo yang terbang di Sembalun dengan parasut bertuliskan "Petani Makmur". Karena tak terlihat jelas, warga mengira Didit adalah Henry. Semua petani lalu menonton bahkan melambai-lambai. Usai kejadian itu Henry makin terkenal, padahal mengoperasikan paramotor pun ia belum pernah. Foto dari kamera smartphone menunjukkan pemandangan persawahan di kaki Pergasingan, di Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur. Aktivitas Gunung Barujari di Kaldera Gunung Rinjani, tidak banyak mempengaruhi kehidupan warga Desa Sembalun Lawang yang letaknya di sebelah timur gunung, karena abu vulkanik terlihat mengarah ke barat.(KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT) Beda lagi ceritanya dengan Taiger Trawan. Sejak SD kaki Taiger sudah pincang. Tetapi Taiger suka terbang dan ikut pelatihan. Suatu ketika Taiger pernah mendarat di tengah sawah dalam keadaan terlungkup. Karena dilihat jalannya pincang, warga yang menonton segera berbondong-bondong menggotong Taiger ke klinik. "Padahal dia sudah teriak-teriak bilang tidak apa-apa," papar Henry. Pengalaman mendarat Johan tak kalah aneh. Saat itu Johan terbang rendah di dekat kandang sapi. Melihat Johan mendekat, sapi-sapi panik berlarian. Johan tak bisa mengendalikan parasut untuk naik. Sang gembala yang tak mengenal Johan segera mengambil ketapel dan menembaki Johan dengan batu. Penerbangan berakhir dengan kaki Johan menjebol atap kandang sapi. Meski banyak pengalaman seperti itu, mereka tak menyerah untuk terbang. Penerbang Paramotor Profesional Didit Majalolo menjelaskan angin di Sembalun memang sulit. Posisinya yang dikelilingi bukit dan gunung membuat potensi turbulence (terjebak di pusaran angin) tinggi. "Kalau sudah begini ya pasrah saja," terang Didit. Meski demikian Didit salut dengan para penerbang dari Sembalun. Diakuinya mereka punya nyali besar. "Dulu saya lompat dari Puncak (Bogor) saja sudah gemetar," terangnya.



Buka juga :

Post a Comment

0 Comments